Friday, December 27, 2013

Media Carry and Blair

MEDIA CARRY AND BLAIR
A.    TUJUAN UMUM
1.      Mahasiswa mampu memahami media transport.
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan media Caryy and Blair.

B.     TUJUAN KHUSUS
1.      Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pembuatan media Carry and Blair.
2.      Mahasiswa dapat membuat media Carry and Blair.

C.    METODE
Serbuk Carry and Blair à  dilarutkan dengan aquadest à dibagi dalam tabung reaksi à dsterilkan.

D.    PRINSIP
Penimbangan à pelarutan à sterilisasi

E.     DASAR TEORI
Cary-BLAIR dianjurkan untuk pengumpulan dan pengangkutan sampel kotoran yang berasal dari dubur untuk menjaga kelangsungan hidup Salmonella dan Shigella dalam sampel tinja. Media ini memiliki potensioksidasi / reduksi rendah, yang menjamin bakteri kelangsungan hidup untuk jangka waktu yang lama.

Komposisi media carry and blair, yaitu :
1.         Sodium thioglycollate             1,5 gram
2.         Dinatrium fosfat                     1,1 gram
3.         Natrium klorida                       5 gram
4.         Agar                                        5 gram
5.         Kalsium klorida (1%)              10ml
6.         Aquades                                  990 ml

Komposisi Sodium thioglycollate dalam media berfungsi agar mikroorganisme dapat mengkonsumsi oksigen dan memungkinkan pertumbuhan secara anaerob dalam media, Dinatrium fosfat sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme, Natrium klorida untuk mempertahankan kesetimbangan osmotic media, Agar adalah agen yang memperkuat media. Karena pH tinggi, Kalsium klorida sebagai pengatur kadar air dalam media dan aquades sebagai pelarut.
Cary-Blair memiliki pH 7,3 ± 0,2 pada suhu 25°C sangat baik untuk studi epidemiologi dari Vibrio parahemolyticus, yang memungkinkan kelangsungan hidup bakteri dalam jangka panjang (sampai dengan 35 hari pada suhu 22-31°C) dari penyeka dubur (Widi, 2012).

F.     ALAT DAN BAHAN
-          ALAT
1.      Timbangan analitik/digital                       8. Pemanas listrik
2.      Gelas arloji/timbang                               9. Penyangga kaki tiga
3.      Kertas timbang                                    10. Penahan
4.      Beaker glass                                        11. Pipet pasteur
5.      Pengaduk                                            12. Botol Vial/ Tabung reaksi
6.      Gelas ukur                                           13. Autoclave
7.      Erlenmeyer
-          BAHAN
1.      Media Carry and Blair (Oxoid-CM0519)                                  5. HCl 0,01 N
2.      Aquadest                                                                                  6. Kapas berlemak
3.      Kertas pH/pH meter                                                                 7. Tissue
4.      NaOH 0,01 N
-          FOURMULA MEDIUM
1.      Sodium thioglycollate             1,5 gram
2.   Dinatrium fosfat                     1,1 gram
3.   Natrium klorida                       5 gram
4.   Agar                                        5 gram
5.   Kalsium klorida (1%)              10ml
6.   Aquades                                  990 ml
G.    CARA KERJA
1.      Semua APD digunakan dengan baik, benar, dan lengkap.
2.      Disiapkan semua alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.
3.      Dipastikan semua alat dan bahan dalam keadaan siap digunakan.
4.      Ditimbang serbuk  Carry and Blair (sesuai dengan volume yang dibuat )
5.      Dipindahkan serbuk media Carry and Blair  ke beaker glass, lalu ditambahkan aquadest sesuai dengan volume, dipindahkan ke Erlenmeyer.
6.      Dihomogenkan larutan dengan bantuan pemanas dan pengadukan.
7.      Pelarutan tidak boleh sampai mendidih (pelarutan harus sempurna sehingga tidak ada Kristal yang bersisa).
8.      Dicek pH larutan sesuai petunjuk media (pH = 7,3 +_ 0,1) pada suhu 25o C.
9.      Diperhatikan pengecekan suhu larutan saat pengecekan pH media.
10.  Ditambahkan NaOH 0,01 N jika pH larutan kurang basa dan ditambahkan HCl 0,01 N jika pH larutan kurang asam.
11.  Dibagi/dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau botol vial yang sudah disiapkan (±2/3 tinggi tabung)
12.  Disterilisasi 121o C (1 atm);  15 menit.
13.  Dikeluarkan larutan dari autoclave, saat suhu sudah rendah (20o C) dan tekanan telah turun (dilihat indicator autoclave).
14.  Dibiarkan media membeku dengan sempurna.
15.  Dimasukkan media ke incubator ( 37o C),  24 jam untuk uji kualitas media, dengan
16. Disimpan pada suhu 4o C-8o c untuk menyimpan media.


I.       PEMBAHASAN
Media carry and blair merupakan media yang dibuat dengan cara menimbang bubuk media carry and blair dengan neraca analitik sesuai dengan volume yang akan dibuat. Dalam pembuatan media ini standar penimbangan dan pelarutan media dengan aquadest adalah sebanyak 13,3 gram dalam 1000mL aquadest. Ddalam praktikum pembuatan media Carry and Blair kali ini , dilakukan pembuatan media Carry and Blair sebanyak 25 mL, dengan menggunakan rumus perbandingan makan penimbangan serbuk media Carry and Blair adalah sebanyak 0,3325 gram.
Setelah media ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquadest lalu larutan tersebut dihomogenkan dengan bantuan pemanasan menggunakan kompor listrik sambil larutan tetap diaduk menggunakan batang pengaduk agar larutan larut dengan sempurna. Pelarutan media ini tidak boleh dilakukan sampai mendidih, cukup sampai tidak ada butiran serbuk media yang tersisa, yang menandakan laruan media sudah larut dengan sempurna. Kemudian dilakukan pengecekan pH terhadap larutan media ini, karena pH sangat berpengaruh dalam pembuatan media, namun hal yang perlu diperhatikan saat pengecekan pH media adalah pengecekan harus dilakukan ddalam suhu 25°C, ph media Carry and Blair yang standar adalah 7,2 ± 0,2. Jika pada pembuatan media ini, pH media tidak sesuai dengan standarnya maka diperlukan penambahan NaOH 0,01 N jika pH media kurang basa atau penambahan HCl 0,01 N jika pH media kurang asam.
Setelah ph media sesuai dengan standarnya, dilakukan penuangan media ke dalam tabung reaksi/botol vial yang digunakan menyimpan media ini sebanyak ±2/3 tinggi tabung untuk selanjutnya dilakukakn sterilisasi media menggunakan autoclave dengan suhu ±121°C selama ±15 menit. Kemudian dikeluarkan media dari dalam autoclave pada suhu rendah (20°) dan tekanan yang telah menurun, lalu media dibiarkan membeku dengan sempurna dan selanjutnya dimasukkan ke dalam incubator (±37°C), ±24 jam dan disimpan pada suhu 4°C-8°C.
Berdasarkan fungsi dari media Carry-Blair, media ini termasuk media transport. Media transport adalah media yang memiliki fungsi antara lain: untuk melindungi mikroorganisme supaya tetap hidup apabila pemeriksaan terpaksa ditunda, untuk pengiriman bahan pemeriksaan bakteriologis yang menggunakan swab (missal: rectal swab, swab tenggorokan/hidung, dan pus). Secara khusus Media transport Carry-Blair yaitu media yang digunakan untuk mempertahakan jumlah kuman pathogen usus (seperti: salmonella, shigella, vibrio, campylobacter) dan semua spesimen yang berasal dari tinja yg memerlukan waktu pengiriman lebih dari satu jam, maka dari itu harus menggunakan media ini untuk membawanya ke laboratorium untuk diperiksa.
Berdasarkan konsistensi/kepadatannya media Carry-Blair termasuk media semi solid (setengah padat) karena mengandung agar pada komposisi media yang cukup rendah berkisaran 0,5 %,  media semisolid ini dibuat untuk tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak terjadi pencampuran  sempurna jika tergoyang saat proses transportasi specimen dari suatu tempat ke laoratorium. dan media ini termasuk media dengan wadah botol/tabung karena media ditempatkan pada botol vial atau tabung reaksi, dimana wadah tersebut mempermudah pemasukkan specimen dan pembawaannya ke laboratorium.


J.      KESIMPULAN
Media Carry and Blair merupakan media transport yang dibuat untuk mempertahan mikroorganisme yang akan diperiksa jika pemerikasaan terpaksa ditunda. Media ini merupakan media dengan konsistensi semi solid, memiliki pH 7,2 ± 0,2 dengan standar pembuatan media adalah 13,3 gram serbuk media Carry and Blair dilarutkn dalam 1000 mL aquadest. Media Carry and Blair bisa disimpan menggunakan tabung reaksi atau botol vial.

K.    DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Media dan Reagensia. 2013.  Penuntun Praktikum Pembuatan Media dan Ragensia-1. Denpasar : Kementerian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Denpasar  Jurusan Analis kesehatan.
Ageha. 2011. Media untuk Salmonella dan Shigella. Online. http://kuuiposaranghada.blogspot.com/2011/04/media-untuk-salmonella-sp-dan-shigella.hdtml. Diakses tanggal 12 Juni 2013. Pukul 20.30.
G. Tefera. 2002. Modification of Carry Blair Transport Medium. Online. http://actavet.vfu.cz/pdf/200271020229.pdf. Diakses tanggal 12 Juni 2013. Pukul 20.30.
Ratih. 2012. Uji Kualitas Reagen dan Media. Online. http://ratih43niezz.blogspot.com/2012/04/uji-kualitas-reagen-dan-media.html.  Diakses tanggal 13 Juni 2013. Pukul 19.30.







Friday, December 13, 2013

Penentuan Kadar Dengan Metode Iodometri

Penentuan Kadar dengan metode Iodometri

A.    LATAR BELAKANG
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan  reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar, 2003).
Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang menggunakan larutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai, 1995).
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium.  Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.  Reaksi antara iodium dan tiosulfat berlangsung secara sempurna (Underwood, 1986).
Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada       25 0C), tetapi agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida.  Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik.  Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium.  Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan. (Underwood, 1986).
Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik (Underwood, 1986).
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri), adlaah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia.
Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk vitamin C.
Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator berupa garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini direduksi dahulu dengan KI dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan kembali dengan larutan natrium tiosulfat baku.
Pada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal karena dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion hipoiodit yang merupakan reaksi mula-mula antara iodin dan ion hidroksida, sesuai dengan reaksi :
I2 + O2    →  HI + IO-
3 IO-  →  IO3- + 2 I-
Pada proses iodometri atau titrasi tidak langsung banyak zat pengoksid kuat yang dapat dianalisis dengan menambahkan KI berlebihan dan mentitrasi iodium yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodida, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran. Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil untuk menangani KI untuk menghindari galat. Misalnya ion iodida dioksidai oleh oksigen di udara :
4 H+  +  4 I-  +  O2  →  2 I2  +  2 H2O
Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya, sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.

B.     TUJUAN
1.       Untuk menentukan kadar dari Asam askorbat berdasarkan reaksi oksidasi reduksi berdasarkan metode iodometri-iodimetri.

C.     PRINSIP
·        Metode Iodometri
Penentuan kadar Vitamin C secara volumetri dengan metode iodimetri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara sampel sebagai reduktor dengan larutan baku I2 0,1 N sebagai oksidator dalam suasana asam dengan menggunakan indikator larutan kanji dengan titik akhir ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi biru..
D.    ALAT DAN BAHAN
a.       Alat
1.      Botol semprot
2.      Buret
3.      Erlemeyer 250 ml
4.      Gelas arloji
5.      Gelas beaker 250 ml
6.      Gelas ukur 25 ml dan 10 ml
7.      Kain putih
8.      Neraca Analitik
9.      Neraca Ohaus
10.  Pipet skala
11.  Sendok tanduk
12.  Statif + klem

b.      Bahan
1.      Air suling
2.      Aluminium foil
3.      Kertas timbang
4.      Larutan asam asetat encer (CH3COOH)
5.      Larutan asam sulfat (H2SO4) 10 %
6.      Larutan baku Iodum (I2) 0,1 N
7.      Larutan baku natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
8.      Larutan kanji
9.      Serbuk asam askorbat (C6H8O6)
10.  Serbuk KI


E.     CARA KERJA
·         Penentuan kadar vitamin C
1.      Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan
2.       Asam askorbat ditimbang seksama sebanyak lebih kurang 80 mg, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
3.      Air bebas CO2 ditambahkan sebanyak 15 ml air bebas CO2
4.      Larutan H2SO4 10 % ditambahkan sebanyak 5 ml ke dalam erlenmeyer.
5.      Indikator larutan kanji ditambahkan sebanyak 2 ml
6.      Larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku I2 0,1389 N sampai terbentuknya warna biru yang tidak hilang selama 30 detik.
7.      Larutan iodum yang terpakai dicatat
8.      Prosedur ini diulangi satu kali lagi (duplo)
9.      Kadar kemurnian vitamin C dihitung

F.      PERHITUNGAN
·         Penentuan kadar Vitamin C
1ml iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg C68O6

G.    PEMBAHASAN

Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar Vitamin C dan kristal tembaga (II) sulfat dengan menggunakan metode titrimetri berdasarkan reaksi redoks. Reaksi redoks merupakan reaksi merupakan reaksi yang menyebabkan naik dan turunnya bilangan oksidasi reduksi. Larutan baku yang digunakan adalah larutan I2 0,1 N dan Na2S2O3 yang akan direaksikan dengan suatu asam sebagai katalisator. Indikator yang digunakan adalah indikator larutan kanji Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat hilangnya endapan biru tua. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah Vitamin C dan CuSO4.
Titrasi iodometri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Pada percobaan ini metode iodometri dilakukan pada CuSO4. Sedangkan Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk vitamin C. Pada percobaan ini dapat dilakukan tanpa menggunakan indikator dari luar, karena larutan I2 sendiri berwarna sehingga akan memberikan titik akhir berupa hilangnya endapan biru. Pada percobaan ini digunakan air bebas CO2, karena CO2 dapat mengoksidasi Vitamin C sehingga titik akhir titrasi menjadi lebih dekat (volume I2 yang digunakan semakin sedikit). Pada percobaan ini juga digunakan asam sulfat dan asam asetat, sebagai katalisator agar reaksi oksidasi reduksi dapat berjalan lebih cepat. Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan, namun indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau penambahan suatu pengawet.




Daftar Pustaka
Nurirjawati. 2013. Iodo-Iodimetri. Online. Available. http://nurirjawati.wordpress.com/bout-pharmacy/colap/iodo-iodimetri/. Diakses tanggal 13 Juni 2013.

Annisanfushie. 2009. Iodometri dan Iodimetri. Online. Available. http://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/iodometri-dan-iodimetri/. Diakses tanggal 13 Juni 2013.